California – Sementara kendaraan listrik baterai (BEV) mendominasi segmen mobil penumpang, teknologi Kendaraan Sel Bahan Bakar Hidrogen (FCEV) kembali muncul sebagai kandidat utama untuk mengatasi tantangan transportasi jarak jauh dan kendaraan komersial berat. FCEV menggunakan hidrogen untuk menghasilkan listrik melalui sel bahan bakar, dengan emisi sampingan berupa air murni. Teknologi ini menawarkan keunggulan dalam waktu pengisian yang cepat dan jangkauan yang sangat jauh, dua kendala utama BEV saat ini.
FCEV bekerja dengan mengubah hidrogen menjadi listrik yang kemudian memberi daya pada motor, sementara baterai kecil bertindak sebagai penyimpan energi buffer. Keunggulan terbesar FCEV adalah pengisian bahan bakar yang mirip dengan bensin—hanya membutuhkan waktu 5 hingga 10 menit untuk mengisi penuh, jauh lebih cepat daripada pengisian cepat BEV saat ini. Kecepatan ini, dikombinasikan dengan kepadatan energi hidrogen yang tinggi, menjadikan FCEV ideal untuk truk, bus, dan bahkan kereta api.
Fokus industri saat ini bergeser ke sektor fleet komersial. Truk heavy-duty memerlukan jangkauan ratusan kilometer dan harus meminimalkan downtime untuk pengisian daya; BEV seringkali tidak praktis karena bobot baterai yang sangat besar akan mengurangi kapasitas muatan. Produsen seperti Toyota, Hyundai, dan Nikola berinvestasi besar-besaran dalam truk hidrogen, melihatnya sebagai solusi nol emisi yang paling layak untuk logistik dan angkutan antarnegara bagian.
Namun, infrastruktur adalah hambatan utama FCEV. Jaringan stasiun pengisian hidrogen masih sangat jarang dan mahal untuk dibangun, menciptakan masalah chicken-and-egg—konsumen tidak membeli mobil hidrogen karena kurangnya stasiun, dan perusahaan tidak membangun stasiun karena kurangnya konsumen. Selain itu, tantangan produksi hidrogen—memastikan ia diproduksi menggunakan energi terbarukan (dikenal sebagai “hidrogen hijau”)—adalah hal penting untuk mempertahankan klaim nol emisi.
Meskipun BEV memenangkan perlombaan mobil penumpang, FCEV memposisikan dirinya sebagai pemenang di segmen yang berbeda—sektor heavy-duty dan aplikasi khusus. Kedua teknologi ini, baterai dan hidrogen, pada dasarnya adalah dua sisi dari koin elektrifikasi yang lebih besar. Masa depan otomotif berkelanjutan kemungkinan akan menjadi perpaduan kedua solusi tersebut, di mana hidrogen mengambil peran utama di jalan raya logistik global.

