Di balik kelahiran setiap unicorn (startup bervaluasi >$1 miliar), hampir selalu ada peran inkubator atau akselerator. Program-program ini berfungsi sebagai “dapur pacu” yang mengubah ide mentah menjadi bisnis yang siap melaju kencang. Di Indonesia, peran mereka menjadi krusial dalam menavigasi pasar yang kompleks.
Inkubator biasanya berfokus pada startup tahap sangat awal (early-stage). Mereka menyediakan ruang kerja, bimbingan hukum dasar, dan mentorship untuk membantu founder memvalidasi ide mereka (product-market fit). Sementara akselerator, seperti namanya, berfokus pada percepatan pertumbuhan startup yang sudah memiliki produk dan traksi awal.
Program akselerator biasanya berjalan intensif selama 3-6 bulan, diakhiri dengan “Demo Day” di mana startup mempresentasikan bisnis mereka di hadapan investor. Selain suntikan dana awal (seed funding), nilai terbesar dari akselerator adalah akses. Mereka membuka jaringan ke mentor berpengalaman (seringkali founder yang sudah sukses) dan venture capital (VC).
Di Indonesia, banyak akselerator yang didukung oleh korporasi besar (CVC) atau terhubung dengan ekosistem global. Mereka tidak hanya mengajari cara membuat pitch deck, tetapi juga menanamkan disiplin dalam metrik bisnis, strategi go-to-market, dan perekrutan talenta. Mereka adalah filter pertama bagi VC untuk menemukan startup berkualitas.
Meskipun tidak semua lulusan akselerator akan menjadi unicorn, program ini sangat penting untuk membangun fondasi ekosistem. Mereka meningkatkan “tingkat kelulusan” startup lokal, menciptakan komunitas founder yang saling mendukung, dan pada akhirnya, memperbesar peluang lahirnya unicorn berikutnya dari Indonesia.
