Menemukan Keseimbangan Antara Kehidupan Sosial dan ‘Me Time’

Menemukan Keseimbangan Antara Kehidupan Sosial dan ‘Me Time’

0 0
Read Time:1 Minute, 11 Second

Di dunia yang hiper-konektif, kita terus-menerus dibombardir oleh undangan, notifikasi, dan ekspektasi untuk selalu “ada” dan bersosialisasi. Namun, di saat yang sama, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental telah mempopulerkan konsep ‘me time’. Menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan sebagai makhluk sosial dan mengisi ulang energi secara personal telah menjadi seni bertahan hidup modern.

Kehidupan sosial sangat penting untuk kesejahteraan kita. Interaksi dengan teman, keluarga, dan kolega membangun rasa memiliki, memberikan dukungan emosional, dan membuka peluang. Namun, sosialisasi yang berlebihan, terutama bagi kaum introver, dapat menyebabkan social burnout—kelelahan mental dan emosional yang intens.

Di sinilah peran krusial ‘me time’. Me time bukan berarti bermalas-malasan tanpa tujuan (meskipun itu juga boleh), tetapi secara sadar mengalokasikan waktu untuk diri sendiri. Aktivitasnya bisa beragam, mulai dari membaca buku, berolahraga, meditasi, menekuni hobi, atau sekadar menikmati secangkir kopi dalam keheningan tanpa distraksi gadget.

Kunci untuk menyeimbangkannya adalah dengan menetapkan batasan (boundaries). Ini berarti belajar mengatakan “tidak” dengan sopan terhadap ajakan sosial ketika energi kita sedang menipis, tanpa perlu merasa bersalah. Ini juga berarti menjadwalkan ‘me time’ secara sengaja di kalender, sama pentingnya seperti kita menjadwalkan rapat atau pertemuan.

Keseimbangan ini tidak statis; ia dinamis dan berbeda bagi setiap orang. Kuncinya adalah introspeksi: mendengarkan sinyal tubuh dan pikiran. Saat kita merasa lebih mudah tersinggung atau lelah, itu mungkin tanda kita terlalu banyak bersosialisasi. Saat kita mulai merasa kesepian atau terisolasi, itu tanda kita perlu terhubung kembali dengan orang lain.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %