Roma – Kenaikan harga pangan global terus menjadi berita utama, didorong oleh kombinasi kompleks dari ketidakpastian geopolitik, perubahan iklim ekstrem, dan gangguan rantai pasok yang berkepanjangan. Inflasi pangan tidak hanya membebani anggaran rumah tangga, tetapi juga meningkatkan risiko kelaparan dan ketidakstabilan sosial di negara-negara berkembang. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah memperingatkan bahwa kita berada di ambang era baru volatilitas harga komoditas pangan yang berkelanjutan.
Salah satu pemicu utama saat ini adalah konflik di breadbasket dunia (seperti Ukraina dan Rusia), yang mengganggu ekspor biji-bijian, minyak, dan pupuk. Pupuk, khususnya, memiliki dampak berlipat ganda: ketika harga pupuk naik, biaya produksi makanan di seluruh dunia juga melambung, bahkan di negara yang jauh dari zona konflik. Ini menunjukkan betapa terintegrasinya sistem pangan global dan betapa rentannya terhadap shock geopolitik.
Selain konflik, perubahan iklim memberikan pukulan berulang yang semakin parah. Kekeringan yang berkepanjangan di Amerika Selatan merusak panen kedelai, sementara banjir di Asia Tenggara menghancurkan sawah padi. Peristiwa cuaca ekstrem ini tidak hanya mengurangi hasil panen tetapi juga mendorong negara-negara produsen utama untuk menerapkan larangan ekspor protektif. Larangan ini bertujuan untuk menjamin pasokan domestik, tetapi secara efektif mencekik pasar global dan mendorong harga lebih tinggi lagi.
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, muncul tren “ketahanan pangan domestik” di mana negara-negara berinvestasi besar-besaran dalam teknologi pertanian cerdas (smart farming) dan pertanian vertikal. Tujuannya adalah mengurangi ketergantungan pada impor dan mengurangi shock harga global. Pertanian presisi yang didukung AI dan IoT membantu mengoptimalkan penggunaan air dan pupuk, meningkatkan hasil panen lokal meskipun di tengah kondisi iklim yang kurang ideal.
Kenaikan inflasi pangan juga menciptakan tantangan serius bagi kebijakan moneter bank sentral. Makanan adalah komponen signifikan dalam keranjang indeks harga konsumen (CPI), dan harga pangan yang tinggi dapat menggagalkan upaya bank sentral untuk mengendalikan inflasi secara keseluruhan. Krisis pangan ini bukan hanya masalah petani atau pedagang komoditas; ini adalah masalah keamanan nasional dan stabilitas ekonomi yang membutuhkan respons global yang terkoordinasi dan investasi jangka panjang dalam keberlanjutan pertanian.

